Terlepas dari carut marut nya berbagai pendapat tentang ujian nasional sebagai bahan evaluasi kegiatan dan penentu kelulusan .Sebagai pendidik perlu mempelajari lebih dalam mengenai sikap ,perilaku dan kebiasaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya sebagai bahan evaluasi keberhasilan dalam tugas membelajarkan dan mendidik siswa..pendidika!
Karakter belajar siswa yang meliputi sikap dan perilaku bukanlah hal yang bersifat menetap,mereka mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tren perkembangan zaman. Peserta didik mempunya cara pandang,kenangan dan pengalaman yang diinginkan saat menjalani proses pembelajaran.
Seorang pendidik patut melakukan evaluasi diri akan keberhasilannya dalam membelajarkan siswa dengan mencermati apakah karakter siswa saat ini sangat mendukung efektivitas kegiatan pembelajaran atau bahkan sebaliknya makin membuat guru bersangkutan merasa semakin tidak berdaya..?”
Berikut kiat praktis menemukan solusi menghadapi karakter siswa di Indonesia saat ini:
Pertama, Karakter Siswa saat ini cenderung malas mengingat /menghafal materi pelajaran karena “efekgoogling” yang dirasanya lebih efektif dalam menemukan “kunci “jawaban dalam sebuah pertanyaan daripada menumpuk teori di memorinya.. Mereka adalah siswa yang berpikir praktis dan memilih jalan mudah dalam mengingat sebuah konsep atau teori. Mereka adalah siswa yang mudah bosan dengan model pembelajaran konvensional ,mendengar ceramah gurunya serta menghafal model “kuno”.
Dari waktu ke waktu penggunaan media TIK bagi siswa makin lekat bagi hampir semua kehidupan mereka ,karena itu penguasaan TIK sebagai media dan sumber pembelajaran bagi siswa harus dapat dikuasai oleh para pendidik. Agar dapat meng edukasi peserta didik dalam menggunakan TIK untuk kepentingan pembelajaran. Seorang guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengetahui “Student Insight “dari kegiatan pembelajaran peserta didik.
Kedua, Karakter siswa Indonesia kebanyakan tidak memiliki jadwal yang tetap dalam kegiatan belajarnya dirumah. Belajar sistem kebut semalam ,belajar kalau ada Pekerjaan Rumah (PR),belajar menjelang Ujian serta budaya belajar yang tidak lagi dikembangkan di rumah rumah keluarga di Indonesia sebagian besar di perkotaan makin menguat. Jam belajar lebih banyak dikalahkan dengan dengan menonton televisi bermain game ,berinternet dsb akan menjadi tren di masa depan.
Kedepan para pendidik makin sulit membangkitkan semangat belajar siswa secara mandiri karena lemahnya peran serta orang tua /wali murid serta budaya lingkungan masyarakat setempat.Guna mewujudkan kerja sama yang harmonis membangunhabit belajar siswa secara mandiri dirumah .Peran pendidik dalam membangun komunikasi harmonis harus lebih ditingkatkan ,Parenting Education,komitmen bersama orang tua /wali murid dan memberikan edukasi masyarakat tentang pentingnya menumbuhkan semangat giat belajar harus terus ditingkatkan.
Ketiga, Karakter siswa Indonesia cenderung lebih suka membangun komunitasnya sendiri. Siswa siswi lebih suka dan berbahagia jika dapat memiliki komunitas yang berbasis minat dan kepentingannya ,baik secara nyata maupun virtual. Tumbuhnya jejaring sosial via internet yang didominasi anak anak belia yang masih sekolah menunjukkan bahwa komunitas adalah hal yang paling penting dan berarti bagi dirinya. Walaupun tidak semua komunitas siswa itu berdampak positif bagi perkembangan sosialnya.
Sejalan dengan perilaku siswa yang suka berkelompok ini seorang pendidik patut menurunkan ego sektoral sebagai peran guru yang “superordinate’menjadi berperan sebagai sahabat siswa baik secara real maupun virtual. Dengan demikian guru dapat diterima dan mengetahui perkembangan pergaulan serta memberi arah kebaikan kepada peserta didik.
Keempat, Karakter siswa Indonesia tidak terlalu berpikir proses namun lebih berorientasi hasil. Perilaku ini tercermin dari banyaknya siswa yang berusaha mencari bocoran ,perilaku yang penting nilainya bagus ,mencontek , malas belajar , perilaku siswa yang tidak teguh dalam menjalani proses pembelajaran ,budaya copy paste dsb.
Dalam jangka panjang perilaku ini pada dasarnya tidak akan membangun kompetensi dan daya saing siswa di masa depan .Menyadari kondisi ini seorang pendidik patut melakukan penyesuaian terhadap metode pembelajaran agar dapat membuat siswa lebih betah dan memiliki kepuasan dalam pengalaman belajarnya.
Kelima, Karakter siswa Indonesia yang mulai melemah semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Siswa –siswi Indonesia cenderung tidak terlalu percaya dengan produk buatan dalam negeri,tidak hafal sejarah perjuangan dan lagu kebangsaan Indonesia ,tidak menyukai seni dan budaya ,bergaya dan perilaku kebarat-baratan serta perilaku perilaku lain yang makin menjauhkan dari karakter asli bangsa Indonesia.
Guna melestarikan seni dan budaya bangsa peran pendidik patut memasukkan unsur unsur budaya bangsa dalam bahan ajar di setiap kegiatan pembelajar .Sekaligus mengembangkan ekstrakurikuler dan pembiasaan yang dapat membuat siswa mencinta budaya negerinya.
Keenam, Karakter siswa Indonesia yang tidak peduli lingkungan dan makin individual. Dengan makin eksklusifnya lingkungan rumah,lingkungan sekolah dan perilaku masyarakat yang makin individual. Banyak siswa yang makin tidak memiliki kesempatan untuk memperdulikan lingkungan sekitarnya. Bahkan para siswa cenderung cuek atau bahkan cenderung hanyut pada lingkungan yang makin tidak kondusif. Jika ini dibiarkan maka mutuout put kita akan menjadi lulusan lulusan yang makin mendatangkan kerusakan pada alam.
Guna meningkatkan peran dan kepedulian siswa maka pendidik patut menyusun strategi pembelajaran kepada siswa yang berbasis kepedulian pada lingkungan,seperti meningkatkan kebersihan sekolah ,taman hijau di sekolah pengelolaan sampah sekolah atau kegiatan luar ruang yang membuat siswa makin memiliki kesadaran dan kepedulian pada lingkungan.
Bila perubahan dan percepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat mempengaruhi siswa ,maka tugas dan peran pendidik adalah membangun karakter siswa guna menciptakan life skill nya dimasa depan. Tugas guru adalah meningkatkan diri guna memprediksi kecepatan perubahan perilaku siswa guna membentuk karakter peserta didik yang berkebangsaan Indonesia.
Karakter belajar siswa yang meliputi sikap dan perilaku bukanlah hal yang bersifat menetap,mereka mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tren perkembangan zaman. Peserta didik mempunya cara pandang,kenangan dan pengalaman yang diinginkan saat menjalani proses pembelajaran.
Seorang pendidik patut melakukan evaluasi diri akan keberhasilannya dalam membelajarkan siswa dengan mencermati apakah karakter siswa saat ini sangat mendukung efektivitas kegiatan pembelajaran atau bahkan sebaliknya makin membuat guru bersangkutan merasa semakin tidak berdaya..?”
Berikut kiat praktis menemukan solusi menghadapi karakter siswa di Indonesia saat ini:
Pertama, Karakter Siswa saat ini cenderung malas mengingat /menghafal materi pelajaran karena “efekgoogling” yang dirasanya lebih efektif dalam menemukan “kunci “jawaban dalam sebuah pertanyaan daripada menumpuk teori di memorinya.. Mereka adalah siswa yang berpikir praktis dan memilih jalan mudah dalam mengingat sebuah konsep atau teori. Mereka adalah siswa yang mudah bosan dengan model pembelajaran konvensional ,mendengar ceramah gurunya serta menghafal model “kuno”.
Dari waktu ke waktu penggunaan media TIK bagi siswa makin lekat bagi hampir semua kehidupan mereka ,karena itu penguasaan TIK sebagai media dan sumber pembelajaran bagi siswa harus dapat dikuasai oleh para pendidik. Agar dapat meng edukasi peserta didik dalam menggunakan TIK untuk kepentingan pembelajaran. Seorang guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengetahui “Student Insight “dari kegiatan pembelajaran peserta didik.
Kedua, Karakter siswa Indonesia kebanyakan tidak memiliki jadwal yang tetap dalam kegiatan belajarnya dirumah. Belajar sistem kebut semalam ,belajar kalau ada Pekerjaan Rumah (PR),belajar menjelang Ujian serta budaya belajar yang tidak lagi dikembangkan di rumah rumah keluarga di Indonesia sebagian besar di perkotaan makin menguat. Jam belajar lebih banyak dikalahkan dengan dengan menonton televisi bermain game ,berinternet dsb akan menjadi tren di masa depan.
Kedepan para pendidik makin sulit membangkitkan semangat belajar siswa secara mandiri karena lemahnya peran serta orang tua /wali murid serta budaya lingkungan masyarakat setempat.Guna mewujudkan kerja sama yang harmonis membangunhabit belajar siswa secara mandiri dirumah .Peran pendidik dalam membangun komunikasi harmonis harus lebih ditingkatkan ,Parenting Education,komitmen bersama orang tua /wali murid dan memberikan edukasi masyarakat tentang pentingnya menumbuhkan semangat giat belajar harus terus ditingkatkan.
Ketiga, Karakter siswa Indonesia cenderung lebih suka membangun komunitasnya sendiri. Siswa siswi lebih suka dan berbahagia jika dapat memiliki komunitas yang berbasis minat dan kepentingannya ,baik secara nyata maupun virtual. Tumbuhnya jejaring sosial via internet yang didominasi anak anak belia yang masih sekolah menunjukkan bahwa komunitas adalah hal yang paling penting dan berarti bagi dirinya. Walaupun tidak semua komunitas siswa itu berdampak positif bagi perkembangan sosialnya.
Sejalan dengan perilaku siswa yang suka berkelompok ini seorang pendidik patut menurunkan ego sektoral sebagai peran guru yang “superordinate’menjadi berperan sebagai sahabat siswa baik secara real maupun virtual. Dengan demikian guru dapat diterima dan mengetahui perkembangan pergaulan serta memberi arah kebaikan kepada peserta didik.
Keempat, Karakter siswa Indonesia tidak terlalu berpikir proses namun lebih berorientasi hasil. Perilaku ini tercermin dari banyaknya siswa yang berusaha mencari bocoran ,perilaku yang penting nilainya bagus ,mencontek , malas belajar , perilaku siswa yang tidak teguh dalam menjalani proses pembelajaran ,budaya copy paste dsb.
Dalam jangka panjang perilaku ini pada dasarnya tidak akan membangun kompetensi dan daya saing siswa di masa depan .Menyadari kondisi ini seorang pendidik patut melakukan penyesuaian terhadap metode pembelajaran agar dapat membuat siswa lebih betah dan memiliki kepuasan dalam pengalaman belajarnya.
Kelima, Karakter siswa Indonesia yang mulai melemah semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Siswa –siswi Indonesia cenderung tidak terlalu percaya dengan produk buatan dalam negeri,tidak hafal sejarah perjuangan dan lagu kebangsaan Indonesia ,tidak menyukai seni dan budaya ,bergaya dan perilaku kebarat-baratan serta perilaku perilaku lain yang makin menjauhkan dari karakter asli bangsa Indonesia.
Guna melestarikan seni dan budaya bangsa peran pendidik patut memasukkan unsur unsur budaya bangsa dalam bahan ajar di setiap kegiatan pembelajar .Sekaligus mengembangkan ekstrakurikuler dan pembiasaan yang dapat membuat siswa mencinta budaya negerinya.
Keenam, Karakter siswa Indonesia yang tidak peduli lingkungan dan makin individual. Dengan makin eksklusifnya lingkungan rumah,lingkungan sekolah dan perilaku masyarakat yang makin individual. Banyak siswa yang makin tidak memiliki kesempatan untuk memperdulikan lingkungan sekitarnya. Bahkan para siswa cenderung cuek atau bahkan cenderung hanyut pada lingkungan yang makin tidak kondusif. Jika ini dibiarkan maka mutuout put kita akan menjadi lulusan lulusan yang makin mendatangkan kerusakan pada alam.
Guna meningkatkan peran dan kepedulian siswa maka pendidik patut menyusun strategi pembelajaran kepada siswa yang berbasis kepedulian pada lingkungan,seperti meningkatkan kebersihan sekolah ,taman hijau di sekolah pengelolaan sampah sekolah atau kegiatan luar ruang yang membuat siswa makin memiliki kesadaran dan kepedulian pada lingkungan.
Bila perubahan dan percepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat mempengaruhi siswa ,maka tugas dan peran pendidik adalah membangun karakter siswa guna menciptakan life skill nya dimasa depan. Tugas guru adalah meningkatkan diri guna memprediksi kecepatan perubahan perilaku siswa guna membentuk karakter peserta didik yang berkebangsaan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar