Penguasaan kelas adalah kemampuan guru untuk membuat sekelompok siswa mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksinya. Ketrampilan ini memungkinkan guru mengarahkan, menggerakkan dan mengontrol siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengertian kelas dalam hal ini tidak selalu berkonotasi ruang, tetapi sekelompok siswa dalam suatu kegiatan baik di dalam ruang maupun luar ruang kelas.
Pembelajaran hanya akan berlangsung efektif bilamana guru menguasai ketrampilan penguasaan kelas. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru menyampaikan materi atau membawa siswa mengikuti kegiatan pembelajaran atau kegiatan sekolah lainnya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Program studi keguruan pada umumnya tidak menjadikan penguasaan kelas sebagai disiplin ilmu atau bidang studi tersendiri. Padahal penguasaan kelas merupakan ketrampilan pembelajaran paling dasar dan pertama-tama perlu dikuasai oleh setiap pengajar. Pendidikan keguruan pada umumnya hanya mengajarkan didaktik-metodik yang bersifat teknis dan prosedural, berupa pendekatan, strategi dan metode pembelajaran.
Ketrampilan penguasaan kelas dipandang melekat pada bidang-bidang studi tersebut, meski faktanya tidak selalu demikian. Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran baru dapat diterapkan dalam situasi kelas yang terkendali, dikuasai oleh guru. Penerapan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran justeru sering kali mengalami hambatan karena kegagalan guru dalam menguasai kelas.
Penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indikator. Di antara tanda-tanda penguasaan kelas yang baik oleh guru adalah:
1. Pembelajaran berlangsung efektif.
Ini merupakan pertanda utama penguasaan kelas. Keberhasilan pembelajaran dengan sendirinya menunjukkan penguasaan kelas yang baik di samping penguasaan bahan dan pendekatan pembelajaran. Guru tidak mungkin mampu membuat siswa berhasil dalam pembelajaran bilamana kurang menguasai kelas.
2. Siswa aktif.
Penguasaan kelas juga ditandai dengan sikap siswa terhadap kegiatan atau pembelajaran yang tengah dikendalikan oleh guru. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru membawa siswa pada kondisi yang diinginkan.
3. Guru dihormati, menjadi panutan atau idola siswa.
Guru yang menguasai kelas dengan baik berarti mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang dihormati dan menjadi panutan siswa. Kemampuan mengendalikan kelas membuat guru sebagai orang terpercaya dan dihormati oleh siswanya. Kesediaan siswa mendengar, memperhatikan dan mengikuti instruksi guru bukan karena rasa takut.
Sebaliknya, kurangnya penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indicator, di antaranya:
1. Pembelajaran kurang efektif.
Ini merupakan salah satu pertanda awal penguasaan kelas yang rendah oleh guru. Efektivitas pembelajaran juga ditentukan oleh penguasaan materi dan pendekatan pembelajaran. Guru mungkin saja menguasai kelas dengan baik, tetapi tidak mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
2. Ungkapan atau alasan apologetik.
Tanda paling jelas dari rendahnya penguasaan kelas adalah munculnya ungkapan-ungkapan apologetik, yaitu ungkapan yang bernada “menyalahkan” siswa. Ketika pembelajaran kurang berhasil, banyak guru yang bilang, “Ini karena anak-anak kurang memperhatikan, tidak mau belajar, dan sebagainya”
Guru yang demikian menujukkan bahwa dia tidak menyadari bahwa kemampuannya dalam penguasaan kelas masih rendah. Guru yang memahami hakekat belajar tidak akan mengatakan hal-hal semacam itu, sebab guru merupakan kunci penentu keberhasilan pembelajaran. Profesionalitas guru ditandai dengan kemampuannya mengatasi keadaan siswa.
3. Guru ditakuti atau tidak dihargai oleh siswa.
Penguasaan kelas yang rendah ditandai dengan sikap siswa yang kurang memperhatikan instruksi guru, bahkan pada tingkat tertentu bersikap meremehkan. Siswa hanya mengikuti guru karena takut atau keterpaksaan. Pertanda paling jelasnya adalah siswa hanya diam bila guru sudah bernada keras. Ketundukan siswa yang terjadi karena takut hanya terjadi pada saat siswa merasa tertekan dan terancam oleh sikap dan ucapan guru.
Indikatornya sederhana, yaitu bila siswa baru diam setelah guru membentak atau bersuara tinggi. Itu merupakan pertanda bahwa siswa hanya takut, dan bukan hormat pada guru. Kesediaan siswa diam hanyalah kesadaran sementara, karena di bawah tekanan.
Oleh karena itu, selain berbekal ijasah dan kemampuan akademik seyogyanya setiap guru menyadari seberapa kemampuannya dalam menguasai kelas, bersedia dan membuka diri untuk selalu belajar meningkatkan kemampuannya.
Pembelajaran hanya akan berlangsung efektif bilamana guru menguasai ketrampilan penguasaan kelas. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru menyampaikan materi atau membawa siswa mengikuti kegiatan pembelajaran atau kegiatan sekolah lainnya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Program studi keguruan pada umumnya tidak menjadikan penguasaan kelas sebagai disiplin ilmu atau bidang studi tersendiri. Padahal penguasaan kelas merupakan ketrampilan pembelajaran paling dasar dan pertama-tama perlu dikuasai oleh setiap pengajar. Pendidikan keguruan pada umumnya hanya mengajarkan didaktik-metodik yang bersifat teknis dan prosedural, berupa pendekatan, strategi dan metode pembelajaran.
Ketrampilan penguasaan kelas dipandang melekat pada bidang-bidang studi tersebut, meski faktanya tidak selalu demikian. Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran baru dapat diterapkan dalam situasi kelas yang terkendali, dikuasai oleh guru. Penerapan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran justeru sering kali mengalami hambatan karena kegagalan guru dalam menguasai kelas.
Penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indikator. Di antara tanda-tanda penguasaan kelas yang baik oleh guru adalah:
1. Pembelajaran berlangsung efektif.
Ini merupakan pertanda utama penguasaan kelas. Keberhasilan pembelajaran dengan sendirinya menunjukkan penguasaan kelas yang baik di samping penguasaan bahan dan pendekatan pembelajaran. Guru tidak mungkin mampu membuat siswa berhasil dalam pembelajaran bilamana kurang menguasai kelas.
2. Siswa aktif.
Penguasaan kelas juga ditandai dengan sikap siswa terhadap kegiatan atau pembelajaran yang tengah dikendalikan oleh guru. Penguasaan kelas yang baik memungkinkan guru membawa siswa pada kondisi yang diinginkan.
3. Guru dihormati, menjadi panutan atau idola siswa.
Guru yang menguasai kelas dengan baik berarti mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang dihormati dan menjadi panutan siswa. Kemampuan mengendalikan kelas membuat guru sebagai orang terpercaya dan dihormati oleh siswanya. Kesediaan siswa mendengar, memperhatikan dan mengikuti instruksi guru bukan karena rasa takut.
Sebaliknya, kurangnya penguasaan kelas oleh guru dapat dicermati berdasarkan beberapa indicator, di antaranya:
1. Pembelajaran kurang efektif.
Ini merupakan salah satu pertanda awal penguasaan kelas yang rendah oleh guru. Efektivitas pembelajaran juga ditentukan oleh penguasaan materi dan pendekatan pembelajaran. Guru mungkin saja menguasai kelas dengan baik, tetapi tidak mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
2. Ungkapan atau alasan apologetik.
Tanda paling jelas dari rendahnya penguasaan kelas adalah munculnya ungkapan-ungkapan apologetik, yaitu ungkapan yang bernada “menyalahkan” siswa. Ketika pembelajaran kurang berhasil, banyak guru yang bilang, “Ini karena anak-anak kurang memperhatikan, tidak mau belajar, dan sebagainya”
Guru yang demikian menujukkan bahwa dia tidak menyadari bahwa kemampuannya dalam penguasaan kelas masih rendah. Guru yang memahami hakekat belajar tidak akan mengatakan hal-hal semacam itu, sebab guru merupakan kunci penentu keberhasilan pembelajaran. Profesionalitas guru ditandai dengan kemampuannya mengatasi keadaan siswa.
3. Guru ditakuti atau tidak dihargai oleh siswa.
Penguasaan kelas yang rendah ditandai dengan sikap siswa yang kurang memperhatikan instruksi guru, bahkan pada tingkat tertentu bersikap meremehkan. Siswa hanya mengikuti guru karena takut atau keterpaksaan. Pertanda paling jelasnya adalah siswa hanya diam bila guru sudah bernada keras. Ketundukan siswa yang terjadi karena takut hanya terjadi pada saat siswa merasa tertekan dan terancam oleh sikap dan ucapan guru.
Indikatornya sederhana, yaitu bila siswa baru diam setelah guru membentak atau bersuara tinggi. Itu merupakan pertanda bahwa siswa hanya takut, dan bukan hormat pada guru. Kesediaan siswa diam hanyalah kesadaran sementara, karena di bawah tekanan.
Oleh karena itu, selain berbekal ijasah dan kemampuan akademik seyogyanya setiap guru menyadari seberapa kemampuannya dalam menguasai kelas, bersedia dan membuka diri untuk selalu belajar meningkatkan kemampuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar