Sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang istimewa, yaitu bulan suci Ramadhan. Untuk itu saya sampaikan lima sifat agar nanti kita mempunyai kemampuan menghadapi Ramadhan.Semuanya terdapat pada Al-Qur’an surah Al Anfaal : 2-4.
Pertama, kalau diingatkan kepada Allah, bergetar hatinya. Imam Ibnu Katsir menjelaskan ; dzukirallah beda dengan dzakarallah. Dzakarallah (menyebut nama Allah), sedang dzukirallah (diingatkan kepada Allah), dengan kalimat Ittaqillah (bertakwalah kepada Allah). Jadi tanda seorang yang benar-benar beriman kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah, maka terasa kekurangannya, terasa kelemahannya, menyadari kebodohannya, merasa banyak dosanya, hingga bergetarlah hatinya. Tetapi kebanyakan manusia sekarang kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah malah bertanya ; salah saya apa? dosa saya apa?. Memangnya apa kalau bertaqwa itu harus salah?. Allah SWT mewasiatkan taqwa kepada para nabi, para Rasul dan semua manusia. Dan wasiyat ini lebih utama dan lebih mulia. Tidak ada yang lebih mulia daripada wasiat taqwa.
Kedua, saat membaca atau mendengar Al-Qur’an, maka bertambah imannya. Ini tanda kita istiqamah. Sebentar lagi masuk bulan puasa, maka inilah kesempatan kita mewujudkan bahwa kita benar-benar beriman. Membaca Al-Qur’an walaupun tidak mengerti artinya tetap mendapat pahala. Membaca Al-Qur’an masih terbata-bata, masih banyak salahnya, tetapi dia mau berusaha,insya Allah kesalahannya menjadi pahala, bukan dosa. Semoga masyarakat kita menjadi masyarakat yang gemar membaca Al-Qur’an.
Ketiga, tawakkal kepada Allah. Setiap akan keluar dari rumah jangan lupa berdoa : Bismillah tawakkaltu alallah laa haula walaa quwwata illa billah. Maka kita akan mendapat tiga kebaikan yakni Hudaiita (dapat petunjuk Allah), wa wuqiita (dijaga oleh Allah), wa kufiita (diberi kecukupan oleh Allah) dalam mencari nafkah dan rizki. Orang yang keluar dan membaca ini insyaa Allah tidak akan mendapat kecelakaan, tidak akan diganggu oleh siapapun, karena Allah yang menjaga. Kita berusaha mencari rizki dengan tenaga, tetapi kalbu kita tetap tertambat kepada Allah SWT.
Keempat, menegakkan shalat. Rasulullah SAW berwashiyat pada saat nafas terakhir dengan mengingatkan kepada umatnya ; ummatii ash shalaah, ash shalaah (umatku ingatlah shalat) sampai tiga kali hingga beliau wafat. Ini menunjukkan betapa shalat itu sangat penting. Tidak bisa ditinggalkan dengan alasan apapun, kecuali kalau murtad atau hilang ingatannya.
Kelima, infaq sebagian rizki di jalan Allah. Allah tidak memerintahkan menginfakkan semua rizki, tetapi hanya sebagian. Artinya jika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, kemudian masih sisa, maka sedekahkanlah yang sebagian itu. Ada sebuah hadist shahih yang menerangkan bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas, akan mencegah kita dari kematian buruk. Di riwayat yang lain, dapat mencegah dari kematian mendadak, menjauhkan dari bala’ dan penyakit yang parah. Diselamatkan oleh Allah dari siksaan kubur. Dimurahkan rizki dan dipanjangkan umurnya. Allah Maha Kaya, Dia tidak perlu dengan sedekah kita, tetapi Allah hanya ingin melihat hambaNya mau dan mampu menunjukkan ikhlasnya atau tidak.
Kalau sudah mampu melaksanakan lima sifat tersebut, maka ayat selanjutnya menyatakan bahwa mereka itulah mukmin yang sebenarnya. Sebaliknya jika seorang mukmin yang tidak mempunyai kelima sifat tersebut, maka mereka belum dikatakan mukmin yang sebenarnya. Mukmin yang sebenarnya akan mendapat derajat yang tinggi, diampuni segala kesalahannya, dan dilapangkan rizki dan tentu kan masuk ke surgaNya.
Pertama, kalau diingatkan kepada Allah, bergetar hatinya. Imam Ibnu Katsir menjelaskan ; dzukirallah beda dengan dzakarallah. Dzakarallah (menyebut nama Allah), sedang dzukirallah (diingatkan kepada Allah), dengan kalimat Ittaqillah (bertakwalah kepada Allah). Jadi tanda seorang yang benar-benar beriman kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah, maka terasa kekurangannya, terasa kelemahannya, menyadari kebodohannya, merasa banyak dosanya, hingga bergetarlah hatinya. Tetapi kebanyakan manusia sekarang kalau diingatkan untuk bertaqwa kepada Allah malah bertanya ; salah saya apa? dosa saya apa?. Memangnya apa kalau bertaqwa itu harus salah?. Allah SWT mewasiatkan taqwa kepada para nabi, para Rasul dan semua manusia. Dan wasiyat ini lebih utama dan lebih mulia. Tidak ada yang lebih mulia daripada wasiat taqwa.
Kedua, saat membaca atau mendengar Al-Qur’an, maka bertambah imannya. Ini tanda kita istiqamah. Sebentar lagi masuk bulan puasa, maka inilah kesempatan kita mewujudkan bahwa kita benar-benar beriman. Membaca Al-Qur’an walaupun tidak mengerti artinya tetap mendapat pahala. Membaca Al-Qur’an masih terbata-bata, masih banyak salahnya, tetapi dia mau berusaha,insya Allah kesalahannya menjadi pahala, bukan dosa. Semoga masyarakat kita menjadi masyarakat yang gemar membaca Al-Qur’an.
Ketiga, tawakkal kepada Allah. Setiap akan keluar dari rumah jangan lupa berdoa : Bismillah tawakkaltu alallah laa haula walaa quwwata illa billah. Maka kita akan mendapat tiga kebaikan yakni Hudaiita (dapat petunjuk Allah), wa wuqiita (dijaga oleh Allah), wa kufiita (diberi kecukupan oleh Allah) dalam mencari nafkah dan rizki. Orang yang keluar dan membaca ini insyaa Allah tidak akan mendapat kecelakaan, tidak akan diganggu oleh siapapun, karena Allah yang menjaga. Kita berusaha mencari rizki dengan tenaga, tetapi kalbu kita tetap tertambat kepada Allah SWT.
Keempat, menegakkan shalat. Rasulullah SAW berwashiyat pada saat nafas terakhir dengan mengingatkan kepada umatnya ; ummatii ash shalaah, ash shalaah (umatku ingatlah shalat) sampai tiga kali hingga beliau wafat. Ini menunjukkan betapa shalat itu sangat penting. Tidak bisa ditinggalkan dengan alasan apapun, kecuali kalau murtad atau hilang ingatannya.
Kelima, infaq sebagian rizki di jalan Allah. Allah tidak memerintahkan menginfakkan semua rizki, tetapi hanya sebagian. Artinya jika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, kemudian masih sisa, maka sedekahkanlah yang sebagian itu. Ada sebuah hadist shahih yang menerangkan bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas, akan mencegah kita dari kematian buruk. Di riwayat yang lain, dapat mencegah dari kematian mendadak, menjauhkan dari bala’ dan penyakit yang parah. Diselamatkan oleh Allah dari siksaan kubur. Dimurahkan rizki dan dipanjangkan umurnya. Allah Maha Kaya, Dia tidak perlu dengan sedekah kita, tetapi Allah hanya ingin melihat hambaNya mau dan mampu menunjukkan ikhlasnya atau tidak.
Kalau sudah mampu melaksanakan lima sifat tersebut, maka ayat selanjutnya menyatakan bahwa mereka itulah mukmin yang sebenarnya. Sebaliknya jika seorang mukmin yang tidak mempunyai kelima sifat tersebut, maka mereka belum dikatakan mukmin yang sebenarnya. Mukmin yang sebenarnya akan mendapat derajat yang tinggi, diampuni segala kesalahannya, dan dilapangkan rizki dan tentu kan masuk ke surgaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar