aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Jumat, 30 Agustus 2013

SURABAYA KOTA PAHLAWAN

KOTA PAHLAWAN adalah julukan utama Kota Surabaya. Julukan ini paling istimewa. Sebab, tidak ada kota di Indonesia yang berjuluk “Kota Pahlawan”, kecuali Kota Surabaya. Padahal hampir seluruh kota di Indonesia mempunyai semangat heroik dan perjuangan kepahlawanan.

Untuk itulah, seyogyanya masyarakat warga Kota Pahlawan ini benar-benar menghayati arti dari julukan itu. Pengertian kepahlawanan di Kota Pahlawan Surabaya seharusnya tercermin dalam berbagai hal. Baik ciri, penampilan yang khas, serta watak dan wujud nyata dari kota ini. Artinya, saat memasuki Kota Surabaya, kesan pertama bagi orang yang belum pernah ke Surabaya, adalah adanya nuansa kepahlawanan itu.

Tetapi, melihat kenyataan yang ada sekarang ini, memang perlu dipertanyakan, “sudahkah penataan kota Surabaya ini sesuai dengan makna Kota Pahlawan?” Layak dipertanyakan “Kota Pahlawan-kah Surabaya”. Kalau memang demikian, mari kita wujudkan Surabaya benar-benar sebagai “Kota Pahlawan” yang bertaraf nasional dan internasional.  


 
Perlu digarisbawahi dan dicamkan, kalau dilihat secara kasat mata, ciri khas kepahlawanan yang ada di Surabaya “belum” terlihat nyata. Baru bisa dirasakan dan dihayati, tetapi belum menjadi cermin yang nyata dalam pandangan masyarakat kepariwisataan. Seharusnya kekhasan itu bisa dilihat dengan banyaknya monumen kepahlawanan, nama-nama jalan, nama-nama taman, cagar budaya, gedung-gedung dan kawasan permukiman yang menggunakan nama pahlawan.

Sekarang coba lihat wajah kota Surabaya, coreng-moreng akibat pembiaran oleh keinginan para pengusaha yang abai terhadap arti dan makna kepahlawanan itu. Mereka tidak peduli terhadap predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Kawasan permukiman, gedung-gedung, nama jalan, nama taman dan pertokoan diberi nama seenaknya sesuai selera mereka. Hampir seluruhnya kawasan permukiman baru di Surabaya, mengambil nama perusahaan pengembang. Boleh dikatakan tidak ada yang bermakna kepahlawanan.  


 
Pada hal perlu diingat, predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya berawal dari peristiwa heroik sekitar 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan dengan sejarah terbentuknya ranah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut hingga masa perjuangan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia itu sendiri. Artinya, semangat juang Arek Suroboyo itu sejak dari zaman Majapahit, saat kelahiran Surabaya, dipertahankan sepanjang masa. Semangat juang dan kepahlawanan itu melekat sebagai jatidiri Surabaya dari dulu, hingga kini dan sampai nanti.

Sebenarnya itulah hakekat yang diinginkan oleh Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Republik Indo-nesia, Soekarno-Hatta. Mereka berdua, sebagai saksi sejarah tentang semangat kepahlawanan Arek-arek Suroboyo (Putra-Putra Surabaya) dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.

Bung Karno juga terkesan dengan peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau Hotel Yamato di Jalan Tunjungan yang dikenal dengan “insiden bendera” tanggal 19 September 1945. Apalagi sejak saat itu, kegiatan perlawanan masyarakat Surabaya terhadap penjajah dan kaum kolonial semakin hebat dan gigih, maka tak pelak lagi Bung Karno dan Bung Hatta, langsung datang ke Surabaya. Hingga terjadi puncak perjuangan Arek Suroboyo, tanggal 10 November 1945.  


 
Lima tahun kemudian, kesan Bung Karno terhadap Surabaya semakin mendalam. Ide pembangunan Tugu Pahlawan di Kota Surabaya, langsung mendapat perhatian Bung Karno. Untuk pertama kali di tahun 1950, Bung Karno menetapkan tanggal 10 November sebagai “Hari Pahlawan”. Sekaligus, Surabaya mendapat predikat “Kota Pahlawan”.

Kamus Kepahlawanan

Julukan sebagai Kota Pahlawan, juga dikaitkan dengan sejarah Surabaya. Sewaktu tahun 1293, lebih 718 tahun atau tujuh abad yang silam, Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit berjuang mengusir Tentara Tartar yang dipimpin Khu Bilai Khan, tidak lepas dari peranserta rakyat Surabaya yang waktu itu masih bernama Hujunggaluh atau Junggaluh.

Nah, karena semangat kepahlawanan sudah menjadi ciri Kota Surabaya, perlu dilakukan koreksi total, sehingga julukan Kota Pahlawan bagi Surabaya tidak ditelan oleh kehidupan masyarakat modern. Peninggalan sejarah tentang kepahlawanan Arek Suroboyo ini patut dilestarikan.

Untuk itulah, layak pula Kota Surabaya dijadikan “Kamus Kepahlawanan”. Dengan berjuluk Kota Pahlawan, maka dunia dapat merujuk arti dan makna kepahlawanan dari Surabaya secara utuh. Misalnya, jika kita ingin mengetahui siapa-siapa saja Pahlawan Nasional, bahkan “pahlawan dunia”, maupun pahlawan lokal dan orang-orang yang berjasa, serta tokoh terkenal, maka nama itu ada dan diabadikan di Surabaya. 


Museum pahlawan yang terdapat di Taman Tugu Pahlawan, maupun Museum Mpu Tantular di Surabaya yang sekarang dipindahkan ke Sidoarjo belum banyak berbicara tentang sejarah kepahlawanan Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Untuk itu, perlu disempurnakan dan lebih dilengkapi dengan berbagai koleksi sejarah. 

Tidak ada salahnya, Kota pahlawan Surabaya ini membudayakan “Wisata Pahlawan”, ke Taman Makam Pahlawan (TMP) dalam bentuk ziarah (wisata reliji), sebagaimana juga kita melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel dan makam para leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar