aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Kamis, 20 Desember 2012

Guru Sebagai Pengayom Anak Didik

 
Tulisan ini saya buat sebagai bahan refleksi untuk diri saya sendiri sebagai seorang pendidik dan teman-teman semua yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Setelah sekian lama menekuni sebuah profesi sebagai seorang pendidik, saya merasakan betapa posisi seorang guru begitu penting dalam kehidupan siswanya. Guru tidak hanya berfungsi mengajarkan bahan pelajaran semata tetapi juga harus membantu siswa mengatasi semua permasalahan yang menghambat proses belajarnya.

Tidak bisa dipungkiri, setiap siswa yang datang ke sekolah berasal dari latar belakang yang berbeda. Jika dalam kelas terdapat 30 siswa, dan mengajar 6 kelas sehingga seorang guru seperti saya mempunyai pekerjaan untuk memahami 180 jenis keanekaragaman latar belakang siswa tersebut seperti latar belakang ekonomi keluarga anak, latar belakang keyakinan atau agama anak, latar belakang pendidikan anak, latar belakang lingkungan sosial anak, tingkat kecerdasan anak, kegemaran anak, model belajar anak dan lain sebagainya. Nah, bisa dibayangkan seorang guru mengajar 6 kelas dalam satu minggu, maka saya harus mempelajari 180 karaketeristik siswa yang berbeda, semuanya dengan baik. Kompleksnya pekerjaan guru tersebut perlu dipahami oleh masyarakat luas. Mereka perlu memahami jika pekerjaan guru tidak semudah yang bayangkan seperti tugas guru datang di kelas menerangkan sebentar, memberikan contah soal, memberikan soal dan memberi PR pada siswa-siswanya, bermain dengan siswa-siswanya, sering mendapat  libur, dan setiap tanggal 1 mendapat gaji. Perlu disadari jika seorang guru sebenarnya menanggung beban yang luar biasa berat untuk mengantarkan siswanya berhasil dalam belajar.

Belum lagi, motivasi siswa-siswa sekarang umumnya begitu rendah, meski fasilitas kehidupan yang menyertainya begitu berlimpah, beda jauh dengan siswa pada jaman saya sekolah dulu. Tidak ada HP, Internet, Facebook, Bimbel, Les Privat, sehingga untuk memahami suatu pelajaran saya hanya mengandalkan dari guru saja, dan tentu belajar keras hanya ditemani lampu teplok minyak tanah berjam-jam dengan hanya ditemani radio butut. Maka masih kurang apa siswa-siswa sekarang, dengan fasilitas bejibun mengapa kalian masih saja belum optimal menyerap ilmu pelajaran sebagai kewajiban kalian disekolah?

Posisi guru di mata para siswanya adalah sosok yang dianggap tahu akan banyak hal, sehingga tidak jarang seorang guru harus menghadapi permasalahan- permasalahan siswanya yang sering kali di luar keahliannya. Seperti sekarang yang sedang saya jalani, sejatinya saya seorang sarjana lulusan Fisika, tetapi saat ini saya dengan sangat terpaksa harus juga mengajar Biologi, Kimia dan Bahasa Inggris. Bagaiamana mungkin saya mengajar secara Profesional dengan mata pelajaran yang sama sekali tidak saya dapatkan dibangku kuliah, saya paksa sekeras apapun tetap tidak mampu menguasai mata pelajaran diluar bidang kemampuan saya. Jangan-jangan saya malah hanya mengundang Stroke untuk diri saya?

Sebagai seorang pendidik, tugas saya mendengarkan semua cerita uneg-uneg yang disampaikan oleh siswa-siswa tersebut dengan baik untuk mengurai akar permasalahannya. Tidak sedikit dari permasalahan yang dihadapi anak didik menyita energi saya. Sering kali saya merasakan jika permasalahan diluar akademik tersebut terkadang jauh lebih rumit daripada tugas pokok mengajarkan materi belajar. Dalam situasi seperti ini, saya tidak boleh menolak atau menghindarinya. Kewajiban saya adalah mengayomi anak didik supaya tenang dan bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik. Berlandaskan kerangka akademik yang menaungi hubungan guru dan siswanya, maka penyelesaian yang diberikan pun harus mendidik dan ilmiah. Saya selalu mengedepankan aspek berpikir logis dan ilmiah dalam menghadapi pemasalahan anak didik.

Dari cerita tersebut di atas, ketika seorang guru berfungsi sebagai pengayom kehidupan perserta didik, maka seorang guru harus bertindak adil. Seorang guru tidak boleh mengucilkan atau berbuat tidak adik pada diri siswa lantaran beberapa hal sepele seperti latar belakang keyakinan atau agama yang berbeda, latar belakang ekonomi anak, termasuk anak rekan-rekan guru sendiri dan lain sebagainya. Keiklasan dalam mendidik anak harus bersifat universal tanpa adanya sekat-sekat yang membatasinya. Dengan demikian jasa kita sebagai seorang pendidik akan selalu diingat dalam diri anak, bahkan kita akan menjadi figure (model) yang akan ditiru oleh anak tersebut. Nah, apakah kita telah menjadi pengayom yang baik untuk anak didik kita?

Akhirnya, saya hanya bisa meminta berikan kekuatan kepada saya Ya Robb, begitu berat beban yang ada dipundak saya sebagai seorang pendidik yang kelak Engkau mintai pertanggung-jawaban dihadapanMu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar