aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Minggu, 11 Agustus 2013

Palestina di Bawah Kekuasaan Islam

Penguasaan Khilafah Islamiyah atas tanah Palestina dimulai pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Wilayah Palestina yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur), berhasil dikuasai oleh tentara Islam pada tahun 638 Masehi atau bertepatan dengan tahun 16 Hijriah. 

Pada saat itu, Palestina memang merupakan wilayah yang tersisa di kawasan Timur Tengah, yang belum dikuasai oleh Kekhalifahan Islam.

Yerusalem sebagai ibukota Palestina dijaga dengan ketat oleh sejumlah besar tentara. Selain itu, keberadaan sebuah benteng kokoh menyebabkan pasukan Islam tidak dapat menembus pertahanan Yerusalem dengan segera.

Karena itu, untuk merebut kota ini, pasukan Islam menerapkan strategi dengan cara mengepung dan memblokade Yerusalem dari hubungan dengan luar. Dengan demikian, Yerusalem terisolasi dari daerah-daerah lain dan bantuan menjadi terputus.

Pengepungan terhadap Yerusalem berjalan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan adanya persediaan logistik yang memadai bagi penduduknya untuk waktu yang lama. Namun, akhirnya Uskup Agung kota ini, yaitu Patriach Sophorius, memutuskan untuk menyerah dengan jalan damai. Kebijakan ini diambil untuk menghindari pertumpahan darah.

Menjelang musim semi 638 M, sebuah delegasi keluar dari kota dengan misi damai. Dalam perundingan antara kedua pihak, disepakati penyerahan Yerusalem dengan tiga syarat. Pertama, disepakati adanya gencatan senjata di antara kedua belah pihak. Kedua, Yerusalem hanya akan diserahkan kepada penguasa tertinggi dari pihak Islam. Ketiga, sisa pasukan Romawi yang ada diizinkan pergi menuju Mesir tanpa hambatan dari pihak Islam.

Persetujuan ini disampaikan kepada khalifah di Madinah, yang disertai permohonan agar Umar bersedia datang untuk menerima penyerahan Yerusalem. Khalifah Umar menyetujui perjanjian itu dan segera berangkat ke Palestina. Pada tahun 638 M, penyerahan kota suci itu dilakukan dari Patriach Sophorius kepada Khalifah Umar bin Khathab.

Dikisahkan, ketika tiba di Yerusalem, Khalifah Umar mengunjungi tempat-tempat suci umat Nasrani, salah satunya adalah Gereja Holy Sepulchre.

Saat sedang berada di gereja ini, waktu shalat umat Islam pun tiba. Uskup Sophorius pun mempersilakan Umar untuk shalat di tempat ia berada, tapi Umar menolaknya.

Umar mencontohkan perilaku Rasulullah SAW dan keterangan Alquran, yang menjelaskan, ''Bagi kamu agamamu dan bagi kami agama kami.'' (QS. Al-Kafirun: 6).

''Andai saya shalat dalam gereja, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah masjid di sana, dan ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre,'' tolak Umar halus.

Ia pun pergi dan mendirikan shalat di tempat yang agak jauh dari gereja, namun lokasinya berhadapan langsung dengan Holy Sepulchre.

Di lokasi tempat Umar mendirikan shalat ini, kemudian dibangun sebuah masjid kecil yang memang dipersembahkan untuk sang khalifah. Bangunan masjid tersebut menjadi cikal bakal Masjid Kubah Batu (Qubbatus Sakhrah, the Dome of The Rock).

Selanjutnya, ekspedisi Islam dilanjutkan ke wilayah sekitar Yerusalem. Panglima Yazid bin Abu Sufyan dengan mudah menaklukkan Gaza, Askalon, dan Caesarea (daerah-daerah yang berada di wilayah Palestina).

Palestina di bawah kekuasaan Islam saat itu, berkembang menjadi sebuah wilayah yang multikultur. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi yang berdiam di wilayah Palestina pada masa itu hidup berdampingan secara damai dan tertib.

Sejak awal menaklukkan wilayah Palestina, penguasa Islam tidak pernah memaksakan agamanya kepada penduduk setempat. Mereka tetap diperbolehkan menganut keyakinan lama mereka dan diberi kebebasan beribadah.

Sejalan dengan pergantian dinasti yang memerintah, Palestina berturut-turut berada di bawah berbagai kekuasaan mulai dari Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Seljuk, Dinasti Fathimiyah, kaum Salib Eropa, Dinasti Mamluk, dan Turki Usmani. Yang terakhir ini menguasai Palestina selama dua abad (1516-1917).

Ketika Kekhalifahan Islam dipegang oleh Dinasti Umayyah, Palestina menjadi salah satu wilayah yang diperebutkan di antara para keturunan keluarga Harb bin Umayyah dengan keluarga Abi Al-As bin Umayyah.

Saat Marwan bin Hakam (Marwan I) diangkat menjadi khalifah untuk menggantikan Khalifah Muawiyah II, Palestina berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh keturunan keluarga Abi Al-As. Khalifah Marwan I sendiri merupakan keturunan Umayyah dari garis Abi Al-As.

Pada saat Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah menggantikan ayahnya, Khalifah Marwan I, ia mempersiapkan pembangunan Masjid Kubah Batu. Masjid ini mulai dibangun pada akhir abad ke-7 M.

Sementara pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I), ia memerintahkan pembangunan kembali Masjid Al-Aqsha. Dinasti Umayyah menguasai Palestina dari kurun waktu 661-750 M.

Setelah jatuhnya Dinasti Umayyah, penguasaan wilayah Palestina beralih ke tangan Dinasti Abbasiyah yang mulai berkuasa tahun 750 M. Ini merupakan awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah dari Baghdad di Palestina.

Pada saat Khalifah Al-Mutawakkil—khalifah ke-11 Dinasti Abbasiyah—memerintah, ia menunjuk putranya, Al-Muayyad, menjadi gubernur di Palestina dan Suriah.

Pada tahun 969 M, Dinasti Fathimiyah yang berkuasa di Afrika Utara, Mesir, dan Suriah, berhasil menguasai wilayah Palestina. Dinasti Fathimiyah secara resmi mengumumkan bahwa mereka adalah khalifah tandingan Dinasti Abbasiyah.

Kemudian di tahun 1071 M, penguasaan atas Yerusalem dan beberapa daerah Palestina, kecuali Askalon, beralih ke Dinasti Seljuk. Dengan dikuasainya wilayah Palestina oleh Dinasti Seljuk, secara resmi Yerusalem kembali lagi ke dalam pelukan pemerintahan Dinasti Abbasiyah.


Perang Salib
Ketika Perang Salib pertama berkecamuk, pasukan tentara Salib yang berasal dari berbagai negeri Eropa berhasil menaklukkan Palestina pada tahun 1099 M. Penaklukan wilayah Palestina oleh tentara Salib ini dimulai dari Kota Yerusalem.

Setelah dikepung hampir 1,5 bulan lamanya, pasukan Kristen di bawah Godfrey dari Bouillon, Robert II dari Flanders, Raymond IV dari Tolouse dan Tancred berhasil merebut Yerusalem. Dalam peristiwa penaklukan yang terjadi tanggal 15 Juli 1099 itu, hampir setiap penduduk dibunuh.

Penaklukan pasukan Kristen atas wilayah Palestina terus berlanjut. Pada 12 Agustus 1099, pasukan Salib berhasil mengalahkan Dinasti Fathimiyah dalam pertempuran di Askalon. Askalon menjadi kota terakhir di Palestina yang berhasil dikuasai tentara Kristen. Sejak saat itu, mereka mendirikan sebuah kerajaan Romawi di Palestina.

Kerajaan Romawi menancapkan kekuasaannya di Palestina hingga tahun 1187, sebelum akhirnya mereka berhasil ditaklukkan oleh pasukan perang Islam di bawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Pasukan Al-Ayyubi ini mengalahkan tentara Salib dalam pertempuran di Hittin, Palestina Utara, dan berhasil menaklukkan Yerusalem. Kemudian, ia mendirikan Dinasti Ayyubiyah dan menghapus larangan orang Yahudi tinggal di sana. Dia memerintah Palestina dari Kairo.

Pada tahun 1260, Dinasti Mamluk dari Mesir berhasil menggantikan Dinasti Ayyubiyah dan memerintah di Palestina. Mereka mengalahkan bangsa Mongol dalam perang di Mata Air Jalut dekat Nazareth.

 

Dalam peperangan tersebut, tentara Mongol yang dibantu oleh tentara Salib menderita kekalahan. Kemudian pada tahun 1291, Dinasti Mamluk berhasil menaklukkan kubu pertahanan terakhir tentara Salib di Acre dan Caesarea, Palestina.

Dinasti yang berkuasa di Palestina kembali berganti, ketika pasukan Turki Utsmani (Ottoman) berhasil menaklukkan Dinasti Mamluk. Dinasti Ottoman merupakan dinasti yang paling lama berkuasa di Palestina. Dinasti ini memerintah Palestina dari tahun 1516 hingga 1917.
Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar