Belajar merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak sekali aspek dalam kehidupan manusia. Kompleksitas proses inilah yang membuat banyak guru menjadi pusing dan juga khawatir kalau-kalau apa yang dilakukannya ketika mengajar akan gagal mengantarkan siswa menuju perubahan yang lebih baik. Kondisi ini tampaknya sangat banyak dialami oleh guru-guru di Republik ini.
Tidak hanya guru, bahkan menteri pendidikan pun tampaknya selalu berada dalam kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan dalam mengelola kurikulum nasional. Saking takutnya, hingga beliau seringkali melakukan dan mengulangi program-program yang gagal dan memperburuk keadaan seperti Ujian Nasional.
Namun pembahasan kita bukan pada aspek kurikulum atau kinerja pendidikan secara luas. Saat ini kita akan membahas bagaimana menjadi guru sederhana, berpikir sederhana tanpa dibebani rasa takut berlebihan. Namun justru kesederhanaan itu yang akan membawa manfaat dan kemauan belajar bagi siswa.
Apakah anda percaya itu bisa dilakukan?
Salah satu yang dapat saya tawarkan untuk menjadi guru sederhana adalah dengan menggunakan pola berpikir John Dewey dalam melihat dan memperlakukan anak didik. Dewey (dalam Habibi, Pengantar Teori Belajar, 2013) menjelaskan tiga fase manusia dalam belajar yaitu fase main (orientasi aktivitas untuk kesenangan), fase kerja (orientasi aktivitas untuk hasil nyata) dan fase simbol (orientasi aktivita untuk prinsip atau nilai yang dipegang).
Mengetahui tiga fase itu dapat membuat guru secara sederhana menyesuaikan proses mengajarnya dengan karakter para siswanya. Terkadang, keinginan positif yang berlebihan terhadap siswa justru berakibat negatif apabila tidak disesuaikan dengan karakter dasar yang siswa miliki. Dengan demikian menjadi guru sederhana akan membawa anda pada kemudahan dalam proses mengajar ataupun perkembangan jiwa anda sendiri.
Tidak hanya guru, bahkan menteri pendidikan pun tampaknya selalu berada dalam kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan dalam mengelola kurikulum nasional. Saking takutnya, hingga beliau seringkali melakukan dan mengulangi program-program yang gagal dan memperburuk keadaan seperti Ujian Nasional.
Namun pembahasan kita bukan pada aspek kurikulum atau kinerja pendidikan secara luas. Saat ini kita akan membahas bagaimana menjadi guru sederhana, berpikir sederhana tanpa dibebani rasa takut berlebihan. Namun justru kesederhanaan itu yang akan membawa manfaat dan kemauan belajar bagi siswa.
Apakah anda percaya itu bisa dilakukan?
Salah satu yang dapat saya tawarkan untuk menjadi guru sederhana adalah dengan menggunakan pola berpikir John Dewey dalam melihat dan memperlakukan anak didik. Dewey (dalam Habibi, Pengantar Teori Belajar, 2013) menjelaskan tiga fase manusia dalam belajar yaitu fase main (orientasi aktivitas untuk kesenangan), fase kerja (orientasi aktivitas untuk hasil nyata) dan fase simbol (orientasi aktivita untuk prinsip atau nilai yang dipegang).
Mengetahui tiga fase itu dapat membuat guru secara sederhana menyesuaikan proses mengajarnya dengan karakter para siswanya. Terkadang, keinginan positif yang berlebihan terhadap siswa justru berakibat negatif apabila tidak disesuaikan dengan karakter dasar yang siswa miliki. Dengan demikian menjadi guru sederhana akan membawa anda pada kemudahan dalam proses mengajar ataupun perkembangan jiwa anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar