Semangat adalah api yang membakar mental manusia hingga berkobar pancarkan panas dan cahaya ke sekelilingnya. Dalam semangat terdapat ledakan-ledakan energi membuat manusia yang mengalaminya akan hilang kemalasan dan kelelahan. Dalam semangat juga terdapat lautan bahan bakar tak terbatas, setiap aktivitas akan terlaksana dengan maksimal.
Belajar akan menjadi mudah dan menyenangkan bila dilakukan dengan semangat yang membara. Siswa akan mengalami momen-momen kreatif dan menyenangkan di dalamnya, hingga berbagai pengetahuan dan ide cemerlang akan lahir dan tumbuh dalam kelas yang penuh dengan api motivasi.
Sayangnya guru yang dapat membakar siswa dengan api semangat pun dapat tertipu. Para siswa yang begitu bergairah dalam aktivitas menyerap informasi, berdiskusi dan praktikum dapat bersikap seperti api yang tersiram hujan lebat. Begitu guru pergi hilang semua gairah dan semangat itu. Berganti dengan kemalasan atau keengganan ilmiah.
Begitulah kalau motivasi yang diberikan guru lebih bersifat motivasi eksternal. Misalnya guru yang begitu lucu dapat membuat anak menjadi senang dengan pelajarannya. Tapi bukan berarti lantas mereka suka belajar pelajaran tersebut di rumah. Siswa menjadi tergantung dengan lucunya sang guru. Walau motivasi eksternal baik, namun setiap guru harusnya mau untuk meningkatkan menjadi berorientasi motivasi internal diri siswa.
Salah satu teknik untuk menanamkan motivasi internal dalam diri siswa adalah dengan memberi mereka tujuan hidup (Habibi, 2012). Tujuan ini bermacam-macam, mulai dari jangka pendek, menengah, panjang hingga tujuan akhir. Setiap jenis tujuan yang kuat akan melahirkan motivasi dan semangat untuk mencapainya. Untuk mencapai suatu tujuan otomatis kita butuh belajar. Tapi jangan sampai tertipu dengan tujuan semu, yaitu tujuan yang hanya berupa keinginan tanpa suatu komitmen untuk mencapainya. Siapapun bisa membuat tujuan jenis ini, tapi ia tak akan pernah belajar untuk itu.
Belajar akan menjadi mudah dan menyenangkan bila dilakukan dengan semangat yang membara. Siswa akan mengalami momen-momen kreatif dan menyenangkan di dalamnya, hingga berbagai pengetahuan dan ide cemerlang akan lahir dan tumbuh dalam kelas yang penuh dengan api motivasi.
Sayangnya guru yang dapat membakar siswa dengan api semangat pun dapat tertipu. Para siswa yang begitu bergairah dalam aktivitas menyerap informasi, berdiskusi dan praktikum dapat bersikap seperti api yang tersiram hujan lebat. Begitu guru pergi hilang semua gairah dan semangat itu. Berganti dengan kemalasan atau keengganan ilmiah.
Begitulah kalau motivasi yang diberikan guru lebih bersifat motivasi eksternal. Misalnya guru yang begitu lucu dapat membuat anak menjadi senang dengan pelajarannya. Tapi bukan berarti lantas mereka suka belajar pelajaran tersebut di rumah. Siswa menjadi tergantung dengan lucunya sang guru. Walau motivasi eksternal baik, namun setiap guru harusnya mau untuk meningkatkan menjadi berorientasi motivasi internal diri siswa.
Salah satu teknik untuk menanamkan motivasi internal dalam diri siswa adalah dengan memberi mereka tujuan hidup (Habibi, 2012). Tujuan ini bermacam-macam, mulai dari jangka pendek, menengah, panjang hingga tujuan akhir. Setiap jenis tujuan yang kuat akan melahirkan motivasi dan semangat untuk mencapainya. Untuk mencapai suatu tujuan otomatis kita butuh belajar. Tapi jangan sampai tertipu dengan tujuan semu, yaitu tujuan yang hanya berupa keinginan tanpa suatu komitmen untuk mencapainya. Siapapun bisa membuat tujuan jenis ini, tapi ia tak akan pernah belajar untuk itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar