Lembayung senja kembali menyapa, membuat pipiku kembali merona. Aku selalu jatuh cinta jika melihat kilau keemasan nya, mengingatkanku pada sesosok lelaki yang perlahan merubah jalan hidupku, mewarnai hariku, dan bahkan membuatku cemburu dengan anugerah Tuhan yang ada pada dirinya. Yah..Siluet senja kali ini kembali mengaburkan langkah sosok tegap yang bayangannya selalu hilang ditelan titik bias. Lelaki itu, yang selalu aku tunggu kehadirannya, hingga ia berlalu dan tak nampak lagi di bola mata ku. Sosok tegap yang selalu hadir ketika senja tiba, melintasi alam pikiranku lalu terbang menuju nirwana. Ah..entah untuk yang keberapa kali nya aku hanya berani menatap wajahnya, tanpa pernah menyapa sang lelaki senja.
Kegilaan ini dimulai ketika aku mencoba membuka kotak pandora yang selama ini aku simpan rapat-rapat dalam diam. Kau yang memulai menyapa dan perlahan merayap masuk mengetuk pintu hatiku yang entah dimana kusimpan kuncinya. Masih terbayang dibenakku ketika pertamakalinya kau menyebut namaku dengan fasih, ada sebersit rasa bahagia ketika kau menyebut namaku dengan benar. Ah tuan, dari awal kita berjumpa aku tau engkau mampu menemukan kunci hatiku. Sayangnya, engkau kembali berlalu dan menghilang setelah pertemuan pertama kita. Tuan, sadarkah engkau jika aku setiap hari menanti senja hanya untuk kembali menatap wajahmu?. Aku kembali terhuyung menatap lembayung senja yang kini perlahan pudar ditelan kegelapan.
Apalah artinya sebuah rasa dari seorang perempuan biasa yang bahkan menyebut namanya sendiri pun hampir tak kuasa menahan rasa malu. Aku hanya budak teori, yang setiap harinya dipaksa memahami teori hasil pemikiran oranglain, yang bahkan aku tak pernah mengerti mengapa ada orang iseng yang memikirkan teori semacam itu. Yah..aku hanya murid biasa, tak seperti dirimu yang selalu mengusung kebenaran. Entah..kebenaran macam apa yang kau cari, yang aku tahu, engkau adalah lelaki senjaku, guru terbaikku.
Jika berbicara mengenai kebenaran wahai lelaki senjaku, aku tahu engkau lebih fasih dalam mendefinisikan kebenaran. Entahlah, aku hanya masih heran dengan segala yang ada pada dirimu, kebenaran yang hakiki terus kau kejar, tapi kebenaran dalam hatimu, masih kau simpan rapat-rapat, tanpa berani kau sentuh. Aku selalu tersenyum, acapkali melihat kau terhenyak akan ulah kebenaran kecil di hatimu. Si kecil yang sederhana, namun berhasil membuatmu kebakaran jenggot, layaknya pejabat yang tertangkap basah sedang berselingkuh dengan asisten pribadinya.
Lelaki senjaku, dalam hidupmu yang penuh dengan intrik, aku memang hanya setitik debu yang beruntung dapat mengiringi setiap langkahmu, entah itu kau sadari atau tidak. Setia disampingmu kapanpun engkau lelah, menjadi peredam di hatimu kapanpun amarahmu meledak. Ah..sungguh lelaki senjaku, aku bahagia walaupun hanya menjadi setitik debu. Aku bisa menangis sejadi-jadinya ketika kau abaikan, tanpa harus takut engkau ketahui. Aku bisa marah karena cemburu melihatmu bercengkrama dengan keturunan hawa lainnya, tanpa takut kau akan melihat amarahku. Aku bisa tertawa sepuas-puasnya ketika melihat engkau bahagia tanpa perlu khawatir engkau akan mendengar tawaku.
Kau tahu, wahai lelaki senjaku, tanpa kau sadari kau memberiku banyak jawaban akan pertanyaan yang selama ini menggantung dalam benakku, merubah jalan hidupku yang awalnya bingung hendak dibawa kemana langkah ini. Terimakasih lelaki senjaku, kau seperti mata air inspirasiku, tak pernah kering dan tak akan lekang oleh waktu. Idealisme mu, pemikiranmu, dan bahkan sejuta gagasanmu membuatku merasa hidup untuk yang kedua kalinya. Yah..aku sungguh telah jatuh ke dalam lubang hitam yang tak berdasar yang lantas membuatku hidup diantara dua dunia. Kau membawa kembali kunci yang selama ini hampir aku lupakan.
Lelaki senjaku, seiring menghilangnya sang lembayung, saat itulah harapanku tentangmu akan sirna. Aku hanya tinggal menunggu senja kembali hadir untuk menjemput harapan yang nantinya akan hilang kembali. Asal kau tahu lelaki senjaku, aku tidak akan pernah bosan menunggu senja kembali datang, hingga Tuhan bosan menciptakan senja.
Engkau akan selalu menjadi lelaki senjaku, guru terbaikku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar