aguspurnomosite.blogspot.com

aguspurnomosite.blogspot.com
Berpikir Luas Membuka Cakrawala Kehidupan! Berusaha Memberikan Yang Terbaik Untuk Masa Depan! Katakan "Go Go Go SEMANGAT" !!!

Sabtu, 12 Januari 2013

Kecerdasan Emosi Siswa

 
Agar transfer ilmu pada siswa dapat bejalan dengan sempurna, seorang guru sebagai profesi yang digadang gadang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, perlu mengenal dan dapat memprediksi gaya bahasa tubuh siswanya, seperti kata Daniel Goleman (1955), peserta didik memiliki kecerdasan emosi yang dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1. Amarah
2. Kesedihan
3. Rasa Takut
4. Kenikmatan
5. Cinta
6. Terkejut
7. Jengkel
8. Malu


Pengertian Amarah
Anak didik emosi Amarah yang meliputi: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan, tindakan kekerasan dan kebencian psikologis.

Kesedihan
Anak didik memiliki emosi Kesedihan yan meliputi : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi

Rasa Takut
Anak didik memiliki emosi Rasa Takut yang meliputi : takut, gugup, khawatir, was wasm perasasaan takut sekali, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan phobia.

Kenikmatan
Anak didik memiliki emosi Kenikmatan yang meliputi : gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.

Cinta
Anak didik memiliki emosi Cinta yang meliputi : persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

Terkejut
Anak didik memiliki emosi Terkejut yang meliputi : terkesiap, takjub dan terpana

Jengkel
Anak didik memiliki emosi Jengel yang meliputi : hina, jiik, muak, benci, tidak suka dan mau muntah

Malu
Anak didik memiliki emosi Malu yang meliputi : malu hati, kesal hati, menyesal, terhinakan, aib dan hati hancur lebur.

Dari deretan emosi tersebut biasanya di-expresikan dengan bahasa tubuh anak didik kita, karena itu setiap guru sebagai manajer di dalam kelas, wajib memiliki kepekaan untuk membaca bahasa tubuh anak didik satu persatu, agar manajemen pengelolaan kelas dapat berjalan dengan baik dan memiliki hasil kerja yang memuaskan setelah selesai memberikan materi pembelajaran.

Kepekaan guru dalam kelas, akan di respon positif peserta didik, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, tak menjadikan sebagai beban bagi siswa, joke joke segar guru akan memberikan nuasa riang seluruh peserta didik, sebaliknya kurang pekanya guru dalam kelas akan mendapatkan respon yang negatif, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar belum begitu lama, nampak siswa sudah merasakan kejenuhan, kebosanan, ngantuk, ngomong sendiri, ini menunjukkan guru kurang menerapkan manajemen pengelolaan kelas yang baik.

Niat kita untuk memberikan yang terbaik pada peserta didikn sejak awal harus kita wujudkan saat kita berada dalam kelas, niat yang tulus tersebut tentu akan memberikan aura positip pada air wajah seorang guru, tanpa beban, expresi menyenangkan saat masuk saat memmberikan materi dan saat selesai memberikan materi, seluruh siswa sudah siap untuk menerima, mengikuti dan siap untuk menerima pekerjaan yang akan diberikan kelak.

Mari kita jadikan anak didik kita sebagai subyek pengajaran bukan sebagai objek pengajaran, sehingga hak hak siswa untuk mendapat yang terbaik terabaikan, banyak 
rekan-rekan guru yang lupa, bahwa siswa butuh kesenangan selain belajar, perlu relaksasi, perlu refresing, agar ada keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan dapat mereka dapatkan, biarkan mereka berexpresi, bereksperimen, agar kepuasan batin mereka dapat terbayarkan, namun seorang guru tetap haus mengawasi mereka, apakah expresi dan experimen mereka itu tidak membahayakan teman lainnya ? itulah pentingnya manajemen pengelolaan LABORATORIUM PERASAAN perlu kita miliki. 

Sebagai subyek pengajaran siswa dapat menunjukkan jati dirinya masing masing, guru tinggal menilai seberapa dan bagaimana mereka melakukan, inilah pekerjajan yang memmudahkan seorang guru yang kadang kita melupakan, nilai Affektif dan psikomotorik, kita masih menekankan pada ranah kognetif, padahal afektif dan psikomotorik itu tak kalah pentingnya, bukan ?

Tanpa bermaksud menggurui rekan-rekan guru semuanya, catatan ini hanya sebagai bacaan yang perlu diketahui. 
Semoga bermamfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar